Sebaiknya saya pejamkan saja mata saya ini. Tidur, dan buang semua lelah. Malam sudah membawa ke pagi. Seperti sebaiknya saya pejamkan saja hati saya untuk cinta. Tutup semuanya. Jangan ada yang tiris masuk. Jangan ada yang tumpah ke luar. Penatnya hati saya menjaga cinta, tak terlambai tangan mohon dibalas.
.
Sudahnya, seperti malam yang membawa ke pagi itu… cinta saya hilang di simpanan. Saya lah juga masih di situ. Memberi pada yang tidak menghargai. Dan apabila cinta pulang, yang hilang itu saya. Saya rupanya berpaling walau tak terus pergi. Cinta yang pulang itu tumpahnya tak saya sambut lagi. Entah serik, entah merajuk, entah kan memang tak dapat saya adakan. Dasar hilang di simpanan, begitulah. Ada yang tiada.
.
Tidak mahu sembuh-sembuh luka saya ini rupanya. Tidak mahu pulih hanya dengan menjadi Enida yang begitu sejak 1998. Dua belas tahun menjadi Enida yang itu… sudahnya, selain dua anugerah syurga, telah saya jadi sebuah ruang kosong. Tak ada jendelanya, tapi telah dia memandang ke luar. Tak ada pintunya, tapi telah dia melangkah pergi. Tak ada warnanya, tapi tak juga ada cahaya. Terang yang menggelapkan jiwa.
.
Haruskah saya terus diam di situ hanya untuk tidak menjadi Enida yang baru?
.
Leave a Reply